
Tebing es setinggi kurang lebih 40 meter membentang dihadapan kami. Belum apa-apa dingin yang dihembuskan angina dari tebing es situ menerpa wajah kami, seperti kalau kita membuka freezer hih... pipi dan hidung ini langsung disergap dingin yang menusuk. Sebagai pemanjat pertama (leader) adalah Giri diamankan oleh seutas tali dibawahnya oleh Une. Semeter demi semeter Giri menambah ketinggian. Kampak esnya terdengar menancap pada es yang keras disusul kemudian tendangan cramoonnya di tebing es untuk memperkokoh posisi berdiri. Akhirnya Giri sampai di sebuah teras yang cukup aman untuk membuat tambat pengaman. Tali pun diulur dan satu demi satu pendaki lainnya memanjat dengan menggunakan jummar, pertama adalah Budi kamerawan untuk bisa mengambil gambar dari atas, disusul kemudian saya, Dina dan terakhir Deni . Dina mencoba memanjat es dengan cara ice climbing seperti Giri diamankan oleh tali. Pemanjat terakhir adalah Deni yang sesampainya di teras kedua dilanjutkan dengan tahapan pemanjatan 20 meter berikutnya.
Setelah sesampainya di hamparan es yang datar, maka tali pun dibentang menghubungkan satu pendaki dengan pendaki lainnya (moving together). Ini merupakan teknik berjalan di padang es yang aman. Karena bisa saja salah satu pendaki terperosok ke jurang es, namun tali akan

Langkah kami semakain berat karena salju tebal kami injak. Deni tampak berjalan berhati-hati, dia menusukan kampak esnya ke es, mencari jalan es yang keras, sementara disisi kami jurang es yang tidak berdasar menganga siap menelan kami bulat-bulat. Detak jantung saya bedertak kencang ketika Dina terjatuh karena gagal melompati parit es yang keras, unt

Tidak ada komentar:
Posting Komentar